Sonar Bisa Membuat Tuli Mamalia Laut
08.26
Diposting oleh Melany Christy
PANCARAN berlebihan sonar di lautan mengganggu pendengaran mamalia laut, bahkan menyebabkan tuli sesaat yang mengancam keselamatan.
Banyaknya kasus paus dan lumba-lumba yang terdampar di pantai, yang banyak terjadi beberapa dekade lalu, mengarah pada aktivitas latihan kapal perang. Teorinya, pendengaran mamalia laut rusak akibat kuatnya pancaran sonar frekuensi menengah yang digunakan kapal selam maupun kapal laut.
Sonar yang menjadi navigasi pergerakan mamalia laut pada tingkat tertentu justru membuat disorientasi. Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Biology Letters yang terbit di Inggris, Rabu lalu, memperkuat dugaan itu meskipun masih dalam skala laboratorium.
Namun, penulisnya memberi penekanan, penelitian itu bukan untuk menyalahkan sonar yang dipancarkan kapal-kapal perang. Beberapa waktu lalu, penelitian berbeda menyebutkan, keriuhan aktivitas kapal di permukaan laut mengganggu produktivitas biota laut.
Para ahli biologi kelautan di bawah pimpinan Aran Mooney dari Universitas Hawaii menguji coba lumba-lumba yang lahir di penangkaran—lumba-lumba hidung botol dari Atlantik—dengan paparan sonar berfrekuensi menengah dari sebuah alat khusus. Eksperimen dilakukan di kandang lokasi laut terbuka di Institut Biologi Laut Hawaii yang dihadiri pelatih lumba-lumba.
Para peneliti memasang sejenis alat penyedot tanpa lengan di kepala lumba-lumba dengan menempelkan sensor pemantau gelombang otak. Hasilnya, ketika alat penimbul bunyi (ping) mencapai kekuatan 203 desibel dan terus diulang, data saraf menunjukkan mamalia uji tuli. Otak tak cukup merespons bunyi.
Menurut Mooney, tahapan uji itu tidak melukai lumba-lumba. Mamalia uji hanya tuli sesaat. Pendengarannya secara tipikal pulih dalam 20 menit dan hanya terjadi pada tingkatan tertentu, yang telah diatur. Pada tingkatan tertentu ketika sonar dinyalakan, sensor yang dipasang menunjukkan terjadinya peningkatan napas cepat secara signifikan. Ia menyatakan, pengulangan sonar berdampak pada perilaku dan psikis lumba-lumba. Namun, mereka belum tahu bila diekstrapolasikan di alam liar.
”Level suara yang kami gunakan setara dengan jika obyek berjarak 40 meter dari sumber sonar,” kata Mooney. Reaksi lumba-lumba dalam kondisi seperti selama dua menit tampak kebingungan dan kesulitan mencari jalan keluar.
Di laut lepas, bunyi yang mengganggu bisa jadi tak selemah ketika uji coba. Bunyi-bunyi itu kadang terjebak pada lapisan yang disebut termoklin, pada kedalaman lebih dari 100 meter atau sekitar itu.
Other Article
- Best 101 Atheist Quotes
- Poor Air Quality Hurts Women Runners
- Ventricles of the Heart
- Vein
- CERN on trial: could a lawsuit shut the LHC down?
- Mathematicians offer tip-offs to LAPD
- World's most sensitive neutrino experiment begins
- Menciumlah dengan Lebih Nikmat!
- Untung-Rugi Memakai Jasa Pengasuh
- Kedutan, Tanda Mau Dapat Duit?
- Kepada Siapa Hadiah Boleh Diberikan?
- 7 Cara Merawat Telepon Rumah
- Jam Tangan Ukuran Besar Bakal Ngetren
- Tomat Juga Bisa untuk Diet
- Resiko Hamil bagi Pengidap Diabetes
- Membuat Toner Wajah dari Timun
- Lontong Cap Go Meh
- Si Kecil Kesengsem Gurunya?
- Coelacanth, Ikan "Bertangan"
- Kodok, Indikator Perubahan Lingkungan
- Katak Baru Hanya Sebesar Kuku
- Manusia Purba "Bangkit" dari Kubur
- Kantong Semar Tumbuhan Langka Paling Terancam
- Tomat Juga Bisa untuk Diet
- Coelacanth, Ikan "Bertangan"
- Berjemur Tak Sekadar Cari Kehangatan
- Di Pedalaman Amazon, Seks Tak Dibutuhkan
- Berhubungan Seks Setelah Makan Daging
- Terancam Punah, 80 Persen Plasma Nutfah Unggas Lokal
- Ditemukan Spesies Mampu Hidup di Air Mendidih
- Beberapa Jenis Kodok Terancam Punah
- Manusia Purba "Bangkit" dari Kubur
- India
- Hongkong
- Georgia
- filipina
- Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti
- Taman Nasional Kelimutu
- Taman Nasional Manupeu-Tanah Daru
- Taman Nasional Komodo
- Update Status Facebook dengan telepon umum
- Taman Nasional Gunung Rinjani
- Taman Nasional Alas Purwo
- Taman Nasional Meru Betiri
- Taman Nasional Baluran
- Taman Nasional Karimunjawa
- Taman Nasional Bromo
- Coelacanth, Ikan "Bertangan"
- Dinosaurus Hidup Lebih Lama
- Makan Tanah Demi Kesehatan
- Simpanse Lebih Suka Makanan yang Dimasak
- Dr Zavos Mulai Kloning Manusia
- Berjemur Tak Sekadar Cari Kehangatan
- Berhubungan Seks Setelah Makan Daging
- Terancam Punah, 80 Persen Plasma Nutfah Unggas Lokal
- Ditemukan Spesies Mampu Hidup di Air Mendidih
- Jangan Harap Bertemu Kodok Ungaran
- Katak Langka dan Khas Sebaiknya Jadi Maskot Daerah
- Katak, dan Kerusakan Lingkungan
- Katak, Laba-laba, dan Tokek Spesies Baru Ditemukan
- Kodok, Indikator Perubahan Lingkungan
Posting Komentar