Tak sedikit perempuan yang mudah terpana dengan citra "ideal" lelaki. Contohnya postur tubuh yang menarik, macho, atau kehebatan pria yang menunjukkan karakter maskulin. Bagi sejumlah orang, kriteria ini bahkan berada terdepan tanpa menganalisa pertimbangan lain seperti sikap, perilaku, pola pikir, dan kepribadian.

Lantas apakah masalahnya dengan pilihan ini? Perempuan berhak memilih kriteria pria seperti apa untuk pendamping hidupnya?

Menjadi masalah ketika kriteria fisik mengalahkan segalanya, bahkan ketika mengetahui si lelaki memiliki kecenderungan sebagai perilaku kekerasan. Masalahnya menjadi lebih rumit ketika perempuan terlanjur jatuh cinta. Perempuan cenderung lebih menerima, bahkan meski sang lelaki pujaan akhirnya menelantarkan.

Menurut psikolog dan dewan pengurus Yayasan Pulih, Kristi Poerwandari, perempuan memiliki keinginan lebih kuat untuk berkoneksi, atas dasar cinta, dan mempertahankan hubungan. Perempuan cenderung tidak siap untuk keluar dari hubungan meski menyadari bahwa dirinya tidak bahagia.

"Perempuan pintar sekali membuat self deception karena posisi dalam struktur lebih lemah. Secara umum dalam konstruksi gender, perempuan lebih pasif dan lebih mengalahkan dirinya," papar Kristi kepada Kompas Female usai seminar "Gerakan Laki-laki Baru" di kampus UKRIDA II, Jakarta, Rabu (10/3/2010) lalu.

Konstruksi sosial budaya dalam masyarakat menempatkan perempuan dalam posisi lemah. Norma yang merupakan konstruksi masyarakat ini begitu berakar kuat.

Menurut Kristi, baik lelaki maupun perempuan memiliki ketakutan untuk keluar dari norma yang dikonstruksikan dalam relasi berpasangan, hanya saja caranya berbeda.

"Perempuan takut dinilai buruk oleh masyarakat jika tidak bisa mempertahankan keutuhan rumah tangga, jika suami tidak kembali kepadanya. Sedangkan lelaki takut tetapi dengan cara yang berbeda, takut tidak bisa meng-handle istrinya," jelas Kristi.

Lelaki kemudian lebih aktif dalam menguasai perempuan, dengan mendominasi dan mengatur, demikian menurut Kristi. Lelaki juga sangat ingin dilihat nomor satu.

Apakah cinta yang lahir dari ketertarikan fisik, masih lebih kuat daripada keberanian keluar dari relasi abusive? Bagaimana cara Anda?

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini

Other Article



visit the following website islamic.net Make Smart Berita Bola